Besarnya potensi produk-produk non-RTD berbasis kopi bagi Indonesia memang sangat beralasan mengingat Indonesia merupakan negara penghasil biji kopi terbesar ke-4 di dunia. Menurut data yang dikeluarkan oleh International Coffee Organization (ICO), saat ini Indonesia merupakan penghasil biji kopi terbesar ke-4 setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Bahkan potensi Indonesia untuk menjadi penghasil kopi di dunia yang lebih besar lagi cukup kuat, mengingat luas areal perkebunan kopi Indonesia merupakan yang terluas di dunia.
Berdasarkan deskripsi pada tabel kode HS 2101 tersebut, relatif besar potensi produk dari pelaku industri di Indonesia yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan peluang ekspor yang relatif besar tersebut. Hal ini didukung oleh kemampuan ekspor Indonesia untuk kelompok produk tersebut (HS 2101) yang tidak hanya paling tinggi nilai ekspornya di antara produk sejenis lainnya yang dimiliki Indonesia, tapi juga mampu menduduki posisi tertinggi ke-2 pada tahun 2019 di dunia, setelah Jerman (US$ 910,11 juta).
Nilai ekspor produk bahan minuman kelompok HS 2101 tersebut juga terlihat makin besar, yaitu mencapai US$ 604,24 juta pada tahun 2019. Angka tersebut konsisten meningkat, setidaknya dalam lima tahun terakhir, dibandingkan dengan posisi tahun 2015 yang baru senilai US$ 350,40 juta. Ini berarti nilai ekspor bahan minuman kelompok HS 2101 meningkat sekitar 15 persen per tahun dalam periode 2015-2019.

Pangsa pasar Indonesia dalam perdagangan dunia untuk produk tersebut (HS 2101) sekitar 7,4 persen, berada di urutan ke-2, mengalahkan seluruh negara-negara di Asia, bahkan mampu mengalahkan China yang nilai ekspornya hanya US$ 218,24 juta. Posisi China pun merosot dari urutan ke-12 pada tahun 2018, menjadi urutan ke-14 pada tahun 2019 dengan pangsa pasar hanya sekitar 2,7 persen.
Negara tujuan ekspor Indonesia untuk kelompok HS 2101 selama ini sebagian besar masih di kawasan Asia, terutama di ASEAN. Sebagian besar ekspor ditujukan ke Philipina, yang porsinya mencapai sekitar 75 persen (dari total ekspor HS 2101) pada tahun 2019. Selain mengalami peningkatan nilai, ekspor ke Philipina ini juga mengalami peningkatan porsi yang pada tahun 2018 nilainya mencapai US$ 420,40 juta dengan porsi 73 persen dari total ekspor produk yang sama. Negara tujuan ekspor lainnya untuk kelompok produk ini di antaranya Malaysia dengan porsi sekitar 6,26 persen, Uni Emirat Arab (2,05 persen), dan Rusia (1,89 persen).