Produk Minuman Ringan Olahan Indonesia (bagian 2): Potensi Ekspor

Besarnya biaya ekspor, serta pasar di dalam negeri yang masih menjanjikan, mengakibatkan kemampuan ekspor minuman ringan RTD dari Indonesia masih belum maksimal. Dari sisi nilai ekspornya, peringkat Indonesia dalam nilai ekspor produk HS 2202 di dunia menurun dari posisi ke-38 pada tahun 2018, menjadi urutan ke-39 pada tahun 2019.

Tidak sedikit produsen minuman ringan di Indonesia cenderung lebih memfokuskan pemasarannya di dalam negeri sehingga alokasi produk untuk ekspor relatif sedikit. Bahkan banyak perusahaan asing di Indonesia di bidang minuman siap saji yang turut merebut pasar di Indonesia, karena potensi pasarnya relatif besar dengan penduduk Indonesia yang relatif banyak.

Bacaan Lainnya

Produsen minuman RTD lebih fokus memenuhi permintaan di dalam negeri, sehingga tidak banyak produsen yang mengalokasikan produknya dalam jumlah besar. Bukti lain bahwa Indonesia dijadikan pasar minuman ringan oleh negara lain juga terlihat pada tingginya angka impor produk serupa, sehingga neraca perdagangan untuk kelompok HS 2202 ini seringkali mengalami defisit

Pada tabel perdagangan luar negeri produk minuman Indonesia di atas terlihat bahwa setidaknya dalam periode 2014-2019, hampir setiap tahun mengalami defisit, dan hanya 2 (dua) tahun mengalami surplus, yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Negara pemasok minuman ringan siap saji atau RTD dalam kelompok HS 2202 ke Indonesia paling banyak berasal dari Malaysia, yaitu mencapai 47 persen dari total impor produk tersebut, disusul dari Thailand mencapai 31 persen, dan dari Korea Selatan mewakili 9 persen dari total impor produk serupa (HS 2202).

Jus Buah (HS 2009): Potensi Ekspor Terbesar Ketiga

-Jus aneka buah-

Potensi terbesar ketiga berdasarkan jenis produk dan kemampuan Indonesia, serta peluang permintaan produk di dunia adalah produk-produk berupa jus buah yang tergabung dalam kelompok HS 2009. Indonesia masuk peringkat 20 besar negara produsen buah tingkat dunia berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2014. Antara lain untuk jenis buah alpukat, pisang, pepaya, nanas, jeruk, semangka serta gabungan mangga, manggis dan jambu biji. Data FAO juga memaparkan, di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan, Indonesia masuk peringkat 5 besar produsen rambutan dan salak tingkat dunia.[1]

Kondisi tersebut mendukung potensi Indonesia untuk dapat turut mengambil bagian dari peluang permintaan produk jus buah dunia yang nilai perdagangannya pada tahun 2019 mencapai US$ 14,73 miliar pada tahun 2019.

            Produk jus buah yang dimaksud dalam kelompok HS 2009 tersebut adalah jus buah yang tanpa fermentasi dan tidak ada tambahan alkohol, namun dapat mengandung gula, dengan tambahan pemanis lainnya atau tidak. Jus buah dalam kelompok ini sebagian besar berupa jus jeruk dalam berbagai jenis, namun juga termasuk jus nanas, tomat, anggur, apel, dan juga bisa jus buah lainnya, yaitu pepaya, mangga, bahkan buah-buah khas Indonesia lainya seperti rambutan, kedondong, dan buah tropis lainnya. Jus buah dalam kategori ini juga yang terdiri dari campuran bebarapa jenis buah atua jus campuran.

Bentuk jus bisa berupa cairan kental, atau dalam bentuk beku. Dalam kelompok ini, permintaan tertinggi adalah berupa jus buah jeruk dari berbagai jenis.


[1]https://money.kompas.com/read/2016/05/09/140000526/Masuk.20.Besar.Produsen.Buah.Dunia.Indonesia.Siap.Bersaing.di.Pasar.Internasional?page=all

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.