Penyakit Mulut dan Kuku (bagian 2): Dampak Lintas-Sektor dan Langkah Pengendalian

Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak di Indonesia, Perlu Segera Dikendalikan Penyebarannya.

Peternak sendiri, jika kurang hati-hati, juga bisa menjadi perantara penularan PMK. Misalnya setelah memegang, merawat, atau mengobati hewan ternaknya yang sakit, atau tidak tahu kalau hewan ternak tersebut sedang sakit, kemudian merawat atau berkontak memegang bagian yang peka pada hewan ternak yang sehat, maka akan menjadi perantara penularan virus PMK.

Bahkan alat-alat atau benda-benda kandang yang terkontaminasi juga bisa menjadi media perantara penularan PMK. Seperti wadah pakan, tempat minum, atau benda kandang lainnya yang terkontaminasi virus PMK dari hewan ternak yang sakit, maka jika digunakan kembali pada hewan yang sehat tanpa sterilisasi, maka bisa juga menjadi perantara penularan.

Bacaan Lainnya

Yang juga menjadi kekhawatiran adalah cara penularan bisa melalui udara yang disebut bisa menjangkau hingga puluhan kilometer, bahkan disebut pula bisa menjangkau ratusak kilo meter karena virusnya yang sangat kecil sehingga mampu menyebar melaui bantuan angin. Karenanya, tidak menutup kemungkinan hanya dalam beberapa bulan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang terdapat populasi hewan rentan atau berkuku belah/genap. Perantara penularan lainnya bahkan bisa melalui satwa liar yang peka terhadap virus PMK dan bebas berkeliaran.

Gejala ternak yang terjangkit PMK yang umum dapat diketahui seperti  adanya sariawan di mulut, luka pada kaki, penurunan nafsu makan, lemas gemetar, penurunan berat badan, dan beberapa gejala lainnya. Namun PMK juga merupakan salah satu penyakit yang bisa tak terduga, karena ada juga PMK yang sulit dikenali. Tidak jarang PMK berujung pada kematian hewan ternak.

Aneka gejala hewan terjangkit PMK (gambar: Disnak Jatim)

Cara menangani pengendaliannya harus sistematis. Pengendalian yang ideal memang dengan menghilangkan sumber infeksi. Ini artinya, produksi virus harus dihentikan dengan melakukan pemusnahan (stamping out) jika ada kasus baru, atau depopulasi terhadap hewan yang positif terkena PMK atau tidak dikonsumsi dagingnya .Dengan begitu, dapat memutus produksi virus.

Namun cara pengendalian dengan pemusnahan tersebut, di satu sisi harus dilakukan bersamaan dengan lokasi lain.  Bisa tidak efektif (melakukan pemusnahan) jika ada hewan ternak dari lokasi lain yang masuk ke lokasi yang dilakukan pemusnahan, karena bisa menjadi perantara penularan.

Di sisi lain, cara pengendalian dengan pemusnahan bisa sangat merugikan peternak yang sebagian besar adalah peternakan rakyat atau peternakan kecil yang kepemilikannya relatif sedikit. Jika harus dimusnahkan, maka peternak bisa kehilangan seluruh hewan ternak miliknya yang hanya beberapa ekor.  Apalagi jika pemusnahan tidak mendapatkan kompensasi kerugian dari pemerintah, maka sangat memberatkan peternak.

Karena itu, cara pengendalian dengan pemusnahan sedapat mungkin dihindari, atau dibatasi, dan dikendalikan disesuaikan dengan syarat dan kondisi di suatu lokasi wabah. Di sini peran dari petugas Kesehatan Hewan (KesWan) di lokasi setempat, sangat menentukan dalam pengambilan keputusan terkait pemusnahan hewan ternak yang terjangkit PMK. Jika harus dilakukan pemusnahan, sebaiknya peternak diberikan kompensasi dengan skema yang layak.

Penanganan pengendalian yang relatif aman sesuai dengan kondisi di lapangan, salah satunya adalah dengan menghentikan penyebaran virus PMK, atau memutus matarantai virus. Caranya dengan pembatasan/pengawasan lalu-lintas ternak, dan karantina, seraya mengobati ternak yang terjangkit. Bahkan, produk ternak, dan produk terkait, seperti kulit hewan, makanan hewan ternak, dan produk lainnya yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi dan memungkinkan terjadinya penularan, juga harus diawasi lalulintasnya.

Menghilangkan virus PMK dengan disinfektan yang cocok pada kandang dan benda terkontaminasi (Gambar: Liputan 6.com)

Langkah penanganan pengendalian yang lain adalah bisa dengan memberikan vitamin dan/atau antibiotik pada hewan yang terjangkit. Selain itu juga dibarengi dengan menghilangkan virus PMK pada benda yang terkontaminasi. Caranya bisa dengan penyemprotan disinfektan yang cocok pada kandang dan berbagai benda atau peralatan dan perlengkapan kandang dan aneka benda yang terkait lainnya yang diduga terkontaminasi.

Hanya saja, tidak semua disinfektan bisa digunakan, mengingat virus PMK ini stabil pada suhu dingin, hanya bisa inactive pada pemanasan di atas 70 derajat celcius selama 30 menit. Harus dipilih disinfektan yang cocok, sebab virus PMK tidak mudah inactive atau tidak sensitif terhadap disinfektan atau pelarut organik yang umum.

Konten ini dapat dikutip, atau dipublikasikan ulang, dengan mencantumkan sumber nadinarasi.com