Penyakit Mulut dan Kuku (bagian 3): Urgensi dan Strategi Vaksinasi

Pesatnya Penyebaran virus PMK pada ternak, mendesak vaksinasi dipercepat.

Tentu untuk mengejar hingga tervaksinasi seluruh hewan ternak yang dapat terserang PMK akan sulit dicapai oleh Pusvetma sendiri dalam produksi vaksin PMK. Seluruh hewan ternak yang mudah terpapar seperti sapi, kambing, kerbau, domba, dan babi saja, jumlahnya sekitar 65 juta ekor pada tahun 2021. Karena itu, membuka kerjasama dengan pihak swasta dalam memproduksi vaksin dapat dimungkinkan dengan seleksi ketat yang memenuhi persyaratan dan dengan kontrol yang ketat dari Pusvetma atau bersama dengan lembaga  kesehatan terkait. 

Strategi Vaksinasi

Bacaan Lainnya

Setelah vaksin tersedia, maka pelaksanaan pemberian vaksin juga memerlukan strategi yang matang dan terukur. Jika jenis vaksinya telah diketahui dan diproduksi, maka diperlukan pemetaan, baik terkait dengan jenis vaksin, jenis hewan ternaknya, maupun lokasi wabahnya yang harus diprioritaskan. Vaksinasi dapat dilakukan bertahap sesuai dengan ketersediaan vaksin, yang pada akhirnya akan mencapai seluruh hewan ternak yang rentan,  dapat dilakukan vaksinasi, dengan tetap  memperhatikan ketersediaan vaksin.

Perlu ditentukan prioritas-prioritas vaksinasi, sesuai dengan kondisi di masing-masing daerah. Misalnya jenis hewan apa yang rentan, berapa jumlahnya, wilayah mana yang lebih dulu, semua harus dipetakan secara detail, cepat, dan tepat.

Tentu akan sangat berat dari sisi penyediaan vaksinnya jika semua jenis hewan dan semua wilyah secara bersamaan dilakukan vaksinasi serentak. Belum lagi jika harus secara berkala dilakukan vaksinasi, maka kebutuhan vaksin akan beberapa lipat kali dari jumlah hewan ternak yang ada.

Pemberian vaksin idealnya berulang, hingga mendapatkan kekebalan bebas dari PMK (Gambar: Antara)

Padahal dalam memberikan vaksinasi, idealnya adalah  bertahap atau berulang. Setelah vaksinasi pertama, dilanjutkan dengan vaksinasi kedua atau booster pertama pada satu bulan berikutnya. Idealnya lagi, dilanjutkan dengan booster kedua atau suntikan ketiga pada enam bulan berikutnya. Bahkan jika ingin menjangkau kembali status sebagai negara tanpa PMK, maka vaksin dapat diulang kembali setiap satu tahun, setidaknya selama tiga tahun berturut-turut.

Tentu semua tahapan tersebut tetap memperhatikan ketersediaan vaksin.  Karena itu, harus ada prioritas. Bisa ditentukan dahulu vaksin terhadap hewan ternak yang paling rentan, baik  berdasarkan wilayah, atau pun berdasarkan jenis ternak,  harus dipetakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Meskipun dengan prioritas tertentu, bisa pula tetap menentukan target-target yang lebih fokus lagi pada pilihan keputusan hewan tertentu yang divaksin.

Di sisi lain, harus diantisipasi kemungkinan adanya perbedaan seroptipe virus PMK pada wilayah yang berbeda, mengingat virus PMK yang mudah mengalami mutasi.  Jika ada kemungkinan itu, maka riset di lapangan harus dilakukan dengan teliti agar vaksin yang diberikan dapat efektif mengendalikan virus PMK.

Jika terdapat perbedaan tipe atau jenis virus, tentu saja strategi yang dijalankan juga harus berbeda. Harus ada pemetaan untuk menentukan vaksin, mengingat banyak variasi jenis (serotipe) virus PMK yang membutuhkan vaksin yang berbeda. Ketepatan dan kecepatan pemberian vaksin akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengendalikan virus PMK ini.

Meski telah dilakukan vaksinasi dengan cepat dan tepat, tetap memerlukan evaluasi atau monitoring terhadap kekebalan atau antibodi hewan ternak yang telah divaksin, untuk memastikan bahwa telah benar-benar bebas PMK. Dengan demikian, diharapkan Indonesia kembali segera meraih status atau kondisi sebagai negara bebas PMK. Semoga!***

Konten ini dapat dikutip, atau dipublikasikan ulang, dengan mencantumkan sumber nadinarasi.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.